Layar Tancap


Malam minggu ini daerah tempat tinggalku terasa sepi sekali. Hujan deras yang terjadi sore hari dan baru reda menjelang isya memang membuat sebagian penghuni rumah enggan untuk keluar rumah. Pasar malam yang biasanya beroperasi di gerbang perumahan nampak terlihat para pedagangnya sedang membereskan kembali barang-barang dagangannya untuk dimasukkan kembali kedalam mobil mereka. Mungkin mereka beranggapan malam minggu ini memang bukan hari keberuntungan mereka. Sebenarnya sich keberadaan pasar malam didaerahku belumlah lama, bisa dikatakan belum ada setahun lah. Namun belakangan hari nampaknya pasar malam ini semakin ramai saja karena pengunjungnya tidak hanya dari warga perumahan melainkan juga orang-orang kampung sekitar perumahan   😀

Pasar malam merupakan salah satu hiburan yang ada didaerah kami namun disini penulis bukan membahas tentang pasar malam melainkan hiburan yang lainnya lagi yaitu layar tancap. Keberadaan hiburan layar tancap sering diadakan di perkampungan sekitar perumahan tempat saya tinggal. Biasanya layar tancep ini diputar berbarengan dengan perayaan pernikahan ataupun khitanan seorang bocah. Kalau buat di kota-kota besar seperti Jakarta mungkin sudah jarang sekali layar tancap ini diputar namun tidak didaerah kami.

Layar tancap yang acap di putar di lingkungan kampung tersebut terkadang sering mengingatkan akan masa kecil saya sewaktu masih tinggal di Jakarta. Ya waktu itu daerah saya (daerah pinggiran Jakarta) sering disinggahi produsen jamu (layar tancap biasanya sering diproduseri oleh iklan jamu), apalagi rumah sayapun “sangat mendukung”:-D karena lokasi tempat berlangsungnya pertunjukkan layar tancap tidaklah jauh dari rumah saya. Biasanya acara diadakan pada malam minggu dimana keesokan harinya merupakan hari libur. Namun buat saya sendiri (masih berstatus siswa sekolah) bukan berarti mulus begitu saja untuk pergi menonton karena orangtua saya begitu ‘protect’ dengan membatasi jam menonton saya. Batasan menonton saya yaitu harus pulang dibawah jam 11.00 malam kalau melebihi jam segitu harus terima pintu tidak akan dibukakan oleh penghuni rumah. Singkat banget bukan !  :mrgreen:  Apalagi kalo mengingat pertunjukkan layar tancap itu biasanya dimulai pada pukul 9.00 malam, berarti saya hanya bisa menikmati satu judul film saja malam itu:-(

gbr disini

Menonton sebuah film memang menjadi hiburan tersendiri buat saya pada masa itu karena film pada waktu itu masih menjadi ‘barang mewah’ buat sebagian orang. Kalau yang punya uang bisa langsung pergi ke gedung bioskop menonton film pilihannya sedangkan buat yang ‘berkantong tipis’ cukup menikmati filmnya dengan melihat gambar/spanduk film yang terpampang di gedung2 bioskop:mrgreen:  Kembali lagi soal layar tancap film-film yang diputar biasanya nggak jauh dari film2 komedi seperti: film alm Bang Benyamin, Dono Warkop. Catatan untuk film Benyamin S saya sangat suka banget tuh apalagi kalau didalam film berpasangan dengan Ida Royani. Untuk film seramnya atau horror ala Indonesia layar tancap juga selalu menayangkan seperti: film Ratu Pantai Selatan, Nyi Blorong, semua film ini diperankan oleh aktris horror Indonesia yang sudah almarhumah yaitu Suzanna. Ada juga sich aktris lainnya yang lumayan serem kalau memerankan film horror yaitu Connie Sutedja. Ngomong2 ini artis jadul semua lho…:mrgreen:  jadi kalau sahabat bloggers masih pada muda belia tentunya sangat asing dengan aktor/aktris yang penulis sebutkan diatas. Oh ya…biasanya jam penayangan film horror di layar tancap biasanya sudah agak malam (mengkondisikan gitu dech )

gbr disini

Film-film drama percintaan juga sering diputar di pertunjukkan layar tancap misalnya: film Rhoma Irama (film ini merupakan ‘trade mark’ dari layar tancap), kemudian ada juga film anak-anak/remaja (diputar masih agak sore…) yang biasanya sering saya nikmati juga karena jamnya sangat pas dengan jam toleransi dari orangtua saya. Adapun film anak2/remaja yang sangat saya sukai adalah film2nya Rano Karnoe

gbr disini

Tinggal di kampung memang mengasyikkan sekali, selalu memanjakan saya dengan memori masa silam yang kadang membuat saya tersenyum dan geli sendiri. Ditengah serbuan hiburan dari media televisi tetap tidak menyurutkan orang-orang kampung disekitar perumahanku untuk menonton layar tancap. Buat saya sendiri cukup mendengar lewat “audio visual” dimalam itu karena sound yang dilepas dari pertunjukkan layar tancap cukup terdengar jelas ditelinga saya. Layar tancap itu selalu membuka memori masa kanak2 dan masa remaja saya……menutup postingan saya  sebuah lagu dari Nathalie Cole “starting over again” menemani tidur saya malam itu…..:-D

56 thoughts on “Layar Tancap

  1. waaahh jadi mendadak pengen nonton layar tancap lagi om.. tapi kenapa yaa film2 yang di putar di layar tancap itu film2 yang subhanallah jadul banget?? kenapa gk yang sedikit baru-baru gitu, film action barat mungkin, kan keren tuh kalo nonton di layar tancap.. 😀

    • @Dhenok… sya juga maunya begitu De…tapi khan nanti bisa di complain ama yg punya bioskop 21….:-D

      @anislotus… klo mau mengenang ms kecil main kesini aja …:-D

      @Falzart… wahh ini asli dari kota nich…:-D

      @Agung… sya sendiri cuma nikmati dari kejauhan sob….takut ada tawuran..:-D

      @Rama… apalagi filmya Benyamin, assooy dech…:-D

    • @catatan kecil… jadul itu antik lho mb….:-D
      belum pernah nnton berarti mb anak kota nich….:-D

      @Farixsantips… ‘keluarga ideal’, tapi nanti bangunnya pada kesiangan semua sob…:-D

      @blogaditaaz… iya bener, kacang rebus trus kalo saya ditambah ama bajigur…..:-D

  2. pergeseran zaman yang semakin moderen membuat layar tancap semakin dilupakan. karena sekarang sudah berubah menjadi sinema 21 atau xxi.
    semoga saja ada museum yang ikut menyertakan layar tancap didalamnya. agar layar tancap tidak lagi dilupakan oleh zaman.

  3. Wahaha, saya pernah nonton film layar tancep dulu pas masih di Magelang. Waktu itu kalau nggak salah nontonnya film Si Doel yang diperanin sama Benjamin. Ah, jadi nostalgia besar-besaran…. #sigh 😀

  4. wah, terakhir kali saya nonton layar tancap tuh waktu SD kayaknya..
    tapi waktu KKM tahun kemarin didaerah Sentul, kami buat program nonton bareng gitulah…modelan layar tancap,.kami pasang tiangnya pake bambu, trus layarnya pake spanduk..hehehee,.saya pikir bakalah gagal acaranya, soalnya pas pembagian pamflet aja kayak ga pada niat mo nonton para warganya..eh, ternyata yang datang hampir satu kampung, banyak muda-mudi bertebaran pake motor ditepi jalan, dan para pedagang juga manfaatin keadaan dengan berjualan disekitar area,..duh..duh…duh…jadi senang liatnya..hahai

    • @Belajar Photoshop… walah sampai lari ke alang2…ada apa gerangan ya..:lol:

      @~Amela~… ahh..akhirnya komen dri Amel dtang juga….:-)
      gadis smart….belajar terus ya…:-)

      @fanny… iya mb…btw jadul bnyak yg jadi legenda lho….:-D

      @nisa… asyiik lho mb…:-D

      @pelancongnekad… di kampung yg namanya hiburan selalu menjadi
      magnet tersendiri apalagi yg namanya layar lebar (layar tancap) selalu dipenuhi oleh warga terutama sich kaum muda-mudinya:-D

  5. Sudah luuaaamaa gak liat misbar,nama lain layar tancap, misbar=(kalau ada)gerimis bubar. kalau kalau sound audio sampai sekarang jk ada orang pny hajat mah se kampung masih kedengaran…

  6. Di tempat saya sering kalo pasar malam, kalo layar tancap udah jarang banget. Dulu waktu q masih TK-SD masih sering ada layar tancepnya, skarang udah jarang banget. Nonton layar tancep emang kenikmatan tersendiri 🙂

  7. dulu mas laki lakiku kerjanya di BKKBN (skrg dah ndak ada ya) jadi suka keliling ke daerah pelosok2 buat muter layar tancap sambil ngasih penyuluhan ttg KB, nggak tahu ya apa skrg msh ada layar tancap di kampungku sono

    bener, seringnya perusahaan jamu yg muter layar tancap ini ya

  8. Saya sendiri udah lama gak nonton film dari layar tancap 😀
    Seingat saya sih terakhir kali waktu jaman SD atau TK, lupa tepatnya 😀
    Seru nonton layar tancap, soalnya rame2 nontonnya 😀

    • @Zippy… apalagi ngumpulnya bareng cwe/cwok ya 🙂

      @Mabruri… ngaji terus ya mas? 🙂

      @Aulia… ingatannya kalah sama sya nich 🙂
      trims dah berkunjung !

      @Berita… linknya siap dipasang sob 🙂
      salam persahabatan juga ya !

  9. wahhhh iya tuh, saya juga suka pelm rano karno, abisnya dia ganteng sih dulunya 😀
    saya inget dulu di esde saya pernah ngadain nonton bareng pelm ‘Amrin Membolos’ tau gak bang?? hihi

  10. wah bener banget…jaman kecil saya juga sering dikunjungi produsen jamu dengan hiburannya layar tancap. Film film kolosal misal legenda pendekar mata satu, atau pendekar ular seribu… ha ha lupa judulnya pokoknya pendekar-pendekar gitu..

    sampe kadang dari pelosok dusung rela berbondong bondong berjalan kaki sampai 2-3 kilometer hanya untuk menikmati hiburan rakyat tersebut..

  11. Waaaaah, saya tau semua artis-artis yang disebutin di posting ini…hehe, saya juga suka dengan suasana keramaian pasar malam dan layar tancap…sayang sekali sekarang udah jarang, kalaupun ada biasanya titipan program-program Pemerintah dan filmnya juga isinya pesan sponsor semua…kurang seru jadinya!
    😉

  12. D sby jga ada lyar tancep , d slah satu rumh makan, tp yg diputer tom n jerry. Mana asik -,-”
    aplg klo kstu kudu mkan, mkannya mhal pulaa
    #kbnyakn protes XD

  13. waaaah jadi inget kosku yang dulu waktu masih kuliah, pada moment2 tertentu kadang menyuguhkan layar tancap juga di lapangan deket kampung 🙂 kereeen masih ada layar tancap ya… asal jangan pas ujan aja yaaa

  14. Wuiihh… asyik, ya. Lagi kangen masa lalu ni ya kayaknya, hehe….
    Saya sendiri dulu pas KKN di desa, bersama tim KKN pernah bikin acara nonton layar tancep. Warga seneng banget, karena memang di sana jarang diadakan acara seperti itu, padahal mereka pada seneng nonton….. 🙂

Tinggalkan Balasan ke bensdoing Batalkan balasan