Tamparan di Gunung Batu


Masih ingin kembali mengingat saat-saat kuliah di Bandung beberapa tahun silam. Selain Situ Lembang yang menjadi tempat base-camp saat Diklatsar (Pendidikan latihan Dasar) pecinta alam, saya juga sempat dibawa oleh kakak-kakak senior saya ke daerah selatan Lembang, yaitu daerah Gunung Batu. Walaupun bernama Gunung Batu namun soal ketinggian hanyalah berada sekitar 1360-an meter dpl. Jadi mungkin lebih tepatnya kalau disebut bukit kali yach…

Sayang memang saat itu kami tidak diperkenankan membawa kamera karena akan disita oleh para senior saya. Jangankan kamera, membawa makanan saja, itupun akan disita semuanya :mrgreen: karena sebelum Diklatsar ini kami sudah diajari tekhnik survival di alam pegunungan. Intinya bagaimana kita bisa bertahan hidup di alam pegunungan hanya dengan mengandalkan makanan yang berupa buah-buahan ataupun tumbuh-tumbuhan yang ada didalam hutan pegunungan itu sendiri.

Teringat saat itu, menjelang maghrib saya dan kawan-kawan yang lainnya sudah sampai di puncak gunung batu. Memang ini sudah settingan dari kakak senior agar kami sampai dipuncaknya setelah hari gelap karena dari atas puncak ini kita bisa menikmati kerlap-kerlip lampu di kota Bandung dan sekitarnya. Namun bayangan kegembiraan itu hilang sesaat karena kami langsung disuruh membuka baju kami  Jadi waktu itu kami bugil setengah badan di puncak Gunung Batu. Oh yach….saat itu ada juga kawan saya yang cewek namun tentulah kalau yang ini mendapat dispensasi tidak boleh ikutan membuka baju karena bisa mengganggu imajinasi alam tentunya……

Bisa dibayangkan tidak….membuka baju di puncak Gunung Batu di kegelapan malam ! Itulah yang saya alami bersama kawan-kawan yang lainnya. Ada dialog yang sempat terekam didalam memori saya saat itu…..

Kamu kedinginan?” Tanya kakak senior

Ya, kak !” jawab saya

plaks….plaks…dua tamparan mendarat mulus di kedua pipi saya. :mrgreen:

Berulang-ulang seperti itu bila saya menjawab dengan jawaban yang sama. Inilah permainan kakak senior saya saat itu. Kalau kita menjawab “berani” atau ‘sok nantang” pastinya kita akan dibiarkan telanjang seperti itu sampai fajar tentunya. Namun belakangan ada unsur pembelajarannya disini karena dengan tamparan di kedua pipi itu membuat kita menjadi panas badannya, cukup membantu kita untuk tidak terlalu kedinginan saat berada di puncak saat itu.

Ingat Gunung Batu…..jadi ingat ama tamparan di pipi apalagi yang menampar ada juga kakak senior yang perempuan, pedessss juga nich tamparan cewek :mrgreen:

sumber foto : http://macbandung.wordpress.com

29 thoughts on “Tamparan di Gunung Batu

  1. wadew .. sadis amat ya, kalau aku ditampar begitu, gantian kutampar kakak seniornya, biar tahu juga bagaimana rasanya ditampar itu

  2. Waduuuh, beneran ditampar nih Bens?
    😦

    Biarpun badan jadi panas, saya nggak mau ah kalo ritualnya harus ditampar dulu 😀

    Saya belum pernah ke Gunung Batu, tapi kalo ke Situ Lembang itu pernah…danaunya baguss banget, dan suasana sepinya itu saya suka sekali!

    • beneran mb Bintang…jadi yg namanya tamparan itu sejak awal digojlok sptnya sudah menjadi hal yang biasa walau mmg sich pada saat mau di eksekusi oleh kakak senior mata saya gag berani terbuka takut tamparannya salah dan mengenai mata saya…..lebih baik mata saya sedikit terpejam dech

  3. aku jaman sma udah kenal dengan sispala.. jaman kuliah pengen ikutan mapala,, tapi terkendala karena senior yang ugal-ugalan waktu itu.. jadi males deh.. padahal pengen banget merasakan naik gunung.. hmmm..

JANGAN LUPA KOMENTARNYA YACH......!